KAP |
Kamis
(15/03) lalu, beberapa mahasiswa tampak modar-mandir di sekitar Kantor Program Studi (KPS)
Departemen Ilmu Komunikasi Unair. Salah
satunya adalah Ratih Cahya. Ia mengaku ingin menemui dosen
walinya, Kandi Tomasoa,
untuk men-delete
salah satu mata kuliah yang ia anggap berat, yakni Komunikasi Antar Persona (KAP).
Mahasiswa
semester empat itu merasa bahwa
KAP
cukup menyita banyak waktunya. Ia merasa
kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan mengakibatkan mata kuliah yang lain terbengkalai. “Mata kuliah lain yang menurutku
lebih penting akhirnya tersita hanya untuk sekedar mengartikan dan menafsirkan
isi buku KAP.” tuturnya.
Sama halnya dengan Ratih, Brigita juga mengakui bahwa dalam seminggu, pikirannya
tersita hanya untuk KAP saja. Namun, mereka
berdua sepakat bahwa sebenarnya KAP merupakan mata kuliah
yang penting. “Menurutku, KAP itu sebenarnya penting. Kita manusia pasti akan berhubungan
dengan manusia lainnya.”
ungkap Ratih.
Berbeda dengan Ratih
dan Brigita, Biru Cahya
Imanda yang juga mengambil mata
kuliah KAP beranggapan, KAP merupakan mata kuliah yang cukup mengasikkan. “Tiap minggu, ada role play yang harus dipresentasikan
sebagai contoh dari teori-teori. Nah, itu yang bikin lumayan seru.” katanya.
Meski beberapa
mahasiswa memutuskan untuk men-delete KAP, namun masih banyak mahasiswa
yang tetap bertahan mengambil mata kuliah yang diajar oleh Sri Moerdjiati ini. “Aku nggak men-delete karena sudah
telanjur nyemplung, ya udah sekalian
basah aja.” ujar Biru sambil terkekeh.(pch)
No comments:
Post a Comment